Social selling adalah teknik penjualan yang memanfaatkan media sosial untuk dapat menemukan konsumen yang memungkinkan, membangun kepercayaan, dan pada akhirnya, menjual produk atau jasa.
Menurut survey dari LinkedIn, lebih dari tujuh puluh persen tenaga pemasar kini menggunakan social selling sebagai salah satu alat untuk pemasaran. Social selling menjadi sangat penting pada era modern seperti sekarang ini, karena konsumen memiliki ikatan yang sangat erat dengan teknologi. Mulai pertama kali konsumen melakukan survey, mencari informasi tentang produk atau layanan yang dibutuhkan, mengontak kenalan untuk meminta saran, hingga membagikan pengalaman mereka dan mempengaruhi konsumen lain.
Secara singkat, proses social selling dapat diringkas ke dalam empat pilar utama, yaitu:
- Terciptanya brand yang dapat dikenal. Dunia jual beli saat ini sangat selektif. Pelanggan (terutama pelanggan B2B) hanya mau bekerja dengan pihak yang terpercaya. Brand yang kuat dapat menjadikan produsen memiliki peran aktif di industri dan mendukung terciptanya komunikasi dengan para calon konsumen.
- Fokus pada prospek yang tepat. Lewat social selling, produsen dapat menemukan sekagilus berinteraksi dengan calon konsumen dengan lebih tepat ketimbang lewat pemasaran tradisional. Selain itu, produsen dapat mengidentifikasi prospek berdasarkan kriteria tertentu, seperti jenis industri apa yang digeluti serta perannya di industri tersebut.
- Diberikannya interaksi bermakna. Produsen harus dapat membagikan konten yang sesuai dengan berita terkini, serta membangun brand yang dapat dipercaya. Konsumen B2B akan lebih tertarik berkomunikasi dengan tenaga pemasar yang memiliki oportunitas menarik. Selain itu, melakukan hal ini juga akan membantu produsen mengembangkan diri sebagai seorang profesional.
- Membangun sebuah kepepercayaan. Ketika berkomunikasi dengan calon konsumen, seorang pemasar harus selalu menerapkan pemikiran bahwa hadirnya sebuah produk ini adalah untuk membantu masalah konsumen, bukan berjualan. Usahakan jalin komunikasi yang baik dan utamakan kebutuhan konsumen agar tumbuh sebuah kepercayaan.
Bila seorang produsen sudah menerapkan social selling, strategi yang dibangun akan sangat bergantung pada kebutuhan konsumen. Bila konsumen butuh media sosial seperti facebook, gunakanlah facebook. Bila konsumen lebih suka komunikasi lewat email, gunakanlah email. Usahakan kebutuhan tersebut terpenuhi. Kalaupun kebutuhan tersebut berubah, produsen harus bisa beradaptasi mengikuti perubahan kebutuhan yang ada.